Dalamcerita ini disebutlah nama Bayan yang budiman. Bayan adalah nama burung yang dapat berbicara, baik hati, dan memiliki sifat-sifat terpuji seperti layaknya manusia. Ia pun pandai bercerita tentang segala hal yang mengandung hikmah bagi siapa pun yang mendengarnya. Isi ceritanya biasanya berupa Tahun 2016. Asal: Kepulauan Bangka Belitung. Cerita "Hikayat Bayan Budiman" ini ditulis oleh Ekawati. Cerita ini termasuk cerita berbingkai, sebagaimana cerita klasik pada umumnya dan dapat menjadi bahan bacaan siswa sekolah. Dalam cerita ini disebutlah nama Bayan yang budiman. Bayan adalah nama burung yang dapat berbicara, baik hati, dan RINGTIMESBALI - Berikut Karakteristik hikayat bayan budiman pada soal Bahasa Indonesia kelas 10 SMA MA halaman 120. Artikel ini bersumber pada modul Bahasa Indonesia Kelas 10 SMA MA Halaman 120, BSE Kemendikbud edisi 2018.. Pembahasan soal ini dibuat dengan tujuan untuk membantu menyelesaikan tugas Bahasa Indonesia kelas 10 SMA MA halaman 120.. Baca Juga: Demikianlahtadi ulasan analisis unsur intrinsik hikayat patani dan nilai yang terkandung di dalamnya. Bahasan juga disertai dengan gaya bahasa atau majas pada Hikayat Patani. Terimakasih sudah mengunjungi ulasan unsur intrinsik Hikayat Patani dari idschool(dot)net, semoga bermanfaat! Baca Juga: Hikayat Bayan Budiman KemustahilanHikayat Bayan Budiman - Belajar. √ Hikayat Bayan Budiman di atas dan temukanlah nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. - Teras Edukasi. Bahasa Indonesia Menemukan Unsur Hikayat Kelas XI IPAIPS. ubahlah hikayat "bayan budiman" menjadi cerpen dengan : 1.menggunakan bahasa indonesia saat - Brainly.co.id. Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. - Hikayat merupakan karya sastra berbentuk prosa lama, salah satu contohnya adalah Hikayat Bayan Budiman HBB. Seperti hikayat-hikayat lainnya, HBB memuat beberapa amanat dan nilai yang bisa dijadikan contoh manusia dalam menjalani Maretha dalam artikel bertajuk “Analisis Unsur Intrinsik dan Ekstrinsik dalam Cerita Hikayat Karya Yulita Fitriana dan Aplikasinya Sebagai Bahan Ajar Kelas X SMK Priority” yang termuat di jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 201978, mengungkapkan bahwa hikayat adalah prosa lama yang memberikan gambaran tentang raja-raja perkasa. Bukan hanya itu, bahkan hikayat juga mencantumkan tokoh-tokoh dalam sejarah Nusantara. Rismawati dalam buku Perkembangan Sejarah Sastra Indonesia 201754 menjabarkan, secara umum, hikayat melampirkan cerita, kisah, atau dongeng, mengenai peristiwa seorang pahlawan dengan keanehan, kesaktian, dan mukjizat di zamannya. Kisah dalam hikayat tersebut tidak jarang diselipkan beberapa amanat dan nilai. Kedua istilah tersebut merupakan gagasan yang menjadi fondasi penuls dalam membuat sebuah karya sastra. Dalam artikel “Nilai Pendidikan dalam Antologi Cerpen Senyum Karyamin Karya Ahmad Tohari” yang termuat di jurnal SELOKA 2017317 karya Riza Suryadi dan Agus Nuryatin, secara lengkap, amanat atau nilai didefinisikan sebagai pemikiran atau pesan penulis yang disebarluaskan kepada pembaca melalui karya sastra. Amanat dan nilai bisa diambil dalam karya sastra untuk dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam cerita berbingkai Hikayat Bayan Budiman. Seperti cerita berbingkai lain, HBB memuat dua struktur, yakni cerita inti dan beberapa cerita sisipan Zuriarti, “Hikayat Bayan Budiman yang Melipur dan Berfaedah” termuat di Jurnal Ilmu Budaya, 20052. Amanat dan Nilai dalam Hikayat Bayan BudimanMenurut catatan Zuriarti, HBB bercerita mengenai seekor burung Bayan yang setia kepada majikannya, Khoja Maimun. Ia berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkan harga diri tuannya dari kasus pengkhianatan sang istri, Zainab. Burung tersebut menyampaikan petuah-petuah kepada Zainab melalui beberapa cerita lain penyebab HBB disebut cerita berbingkai. Dari celotehan Bayan ini, beberapa amanat dan nilai yang disampaikan penulis pun terlampir. HBB dipisahkan menjadi tujuh sub bab cerita oleh Haniah. Terkait amanat dan nilainya, diringkas oleh Zuriarti Jurnal Ilmu Budaya, 20053-4 sebagai penggambaran kesetiaan dan pengabdian seorang istri kepada suaminya. “Seorang istri mestilah setia dan mengabdi kepada suami; bahwa seorang istri haruslah menjaga kehormatan suaminya, apalagi bila suami tidak berada di rumah,” ungkap itu, ternyata HBB juga menegaskan beberapa konsekuensi terhadap orang yang memilih setia dan tidak. Baca juga Apa Itu "Amanat" dalam Cerpen, Novel, Pantun Penjelasan & Contoh Apa Itu Pantun, Syair dan Gurindam Pengertian dan Ciri-cirinya? Apa yang Dimaksud Unsur Intrinsik dalam Cerita dan Puisi? - Pendidikan Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Alexander Haryanto Kami akan membagikan identifikasikanlah karakteristik hikayat tersebut dengan menggunakan tabel berikut ini, idetifikasikanlah karakteristik hikayat bayan budiman dengan menggunakan tabel. Materi ini dapat ditemukan pada buku paket SMA kelas 10 tugas bahasa indonesia materi hikayat halaman 120 kurikulum 2013. Pada tugas ini kita disuruh untuk mengidentifikasi karakteristik hikayat dengan menggunakan tabel. Tujuan kami dengan membagikan jawaban yang berkaitan dengan materi hikayat yaitu untuk memudahkan pekerjaaan tugas sekolah Anda. Lebih cepat dalam mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi hikayat, Lebih mudah dalam memahami materi hikayat karena setiap jawaban dilengkapi dengan pembahasan. Jika Anda tidak yakin dengan jawaban yang sudah kami bagikan Anda bisa hubungi kami melalui kolom komentar dan kontak. Karakterisitik hikayat terdiri dari kemustahilan pada cerita, kesaktian yang terdapat pada tokoh, anonim atau tidak jelas pengarangnya, istana sentris yakni menceritakan tentang kerajaan, dan dengan menggunakan alur yang berbingkai. Berikut karakteristik hikayat bayan budiman 1. Kemustahilan pada cerita - Minta nasihat terhadap bayan dan burung tiung Kutipan teks Dia berpesan terhadap istrinya sebelum pergi, kalau terdapat barang suatu kerjaan, maka mufakatlah bersama dua hewan unggas tersebut, tidak boleh tiada, karena fitnah itu lebih kejam dari pada senjata. - Burung Bayan terus berpikir dan melakukan sesuatu supaya dirinya tidak dibunuh. Kutipan teks Bayan pun terus berpikir karena jika ia menjawab ia pun akan mati. - Burung bayan bisa menceritakan berbagai kisah Kutipan teks Maka ia diberi kisah-kisah sebanyak 24 kisah dengan 24 malam - Burung Bayang yang bisa mempunyai sikap yang bijaksana Kutipan teks Bayan yang cerdas tidak hanya dapat selematkan nyawanya namun bisa menahan isteri tuaanya daripada jadi isteri yang tidak jujur. 2. Kesaktian yang terdapat pada tokoh - Hati kera yang bisa mengobati luka Kutipan teks Anak saudagar yang mempunyai luka pada tangannya. Lalu luka itu tidak dapat sembuh namun bisa diobat oleh hati kera. Untuk pembahasan lebih lebih lengkap klik link ini karakteristik hikayat bayan budiman. Demikian merupakan tugas yang berkaitan dengan materi hikayat. Kami mohan maaf jika ada kesalahan kata yang tidak dapat dimengerti. Jika ingin bertanya dapat menghubungi kami melalui kolom komentar dan kontak. Anda dapat memberi kritik dan saran yang membangun kepada kami, agar dapat mengetahui letak kesalahan yang terdapat pada blog ini. Semoga artikel ini dapat memberi manfaat. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 050038 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d78400ac99fb710 • Your IP • Performance & security by Cloudflare Bahasa Indonesia kelas X SMA Hikayat merupakan salah satu jenis cerita rakyat yang disajikan dengan menggunakan Bahasa Melayu Klasik. Di antara karakteristik hikayat adalah kemustahilan, kesaktian, anonim, istana sentris, alur. Berikut contoh karakteristik bahasa hikayat dalam teks “Hikayat Indera Bangsawan”, yaitu Kemustahilan berarti hal yang tidak logis atau tidak bisa di nalar. Contoh bayi lahir disertai pedang dan panah seperti kutipan berikut “hatta beberapa lamanya, tuan puteri sitti kendi pun hamillah dan bersalin dua orang putra laki-laki. Adapun yang tua keluarnya dengan panah dan yang muda dengan pedang”. Kesaktian merupakan kekuatan yang dimiliki para tokoh dalam hikayat. Contoh raksasa memberi sarung kesaktian untuk mengubah wujud dan kuda hijau untuk mengalahkan Buraksa. Anonim berarti tidak diketahui secara jelas nama pencerita atau pengarang. Hikayat seringkali bertema dan berlatar kerajaan. Contoh Indera Bangsawan berada di Negeri Antah Berantah yang diperintahkan oleh Raja Kabir. Alur memiliki empat jenis, yaitu Alur maju menceritakan dari pengenalan, klimaks, penyelesaian. Alur mundur menceritakan mundurflashback dimulai dari klimaks, pengenalan, penyelesaian. Alur campuran gabungan dari alur maju dan mundur. Alur berbingkai satu cerita yang memiliki cerita baru dalam cerita tersebut dan tidak menyelesaikan permasalah pertama dan berakhir dengan penyelesaian lain. Karakteristik hikayat dalam teks”Hikayat Bayan Budiman” a Mustahil Burung Bayan dapat bercerita, seperti kutipan berikut ”Burung tersebut bercerita, hingga akhirnya Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatannya dan menunggu sauminya Khojan Maimun pulang dari rantauannya”. b Jarang terjadi manusia berpamitan dengan burung, seperti kutipan berikut “Maka pada suatu malam, pamitlah Bibi Zainab kepada Burung Tiung hendak menemui anak raja itu”. c Jarang terjadi burung menasehati perbuatan manusia, seperti kutipan berikut “Maka bernasihatilah ditentang perbuatannya yang melanggar aturan Allah SWT”. a Jarang burung dapat menyelamatkan rumah tangga tuannya, seperti kutipan berikut “Dia juga dapat menjaga nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya”. b Jarang burung dapat bercerita kisah sebanyak 24 kisah, seperti kutipan berikut “ Maka diberilah ia cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam”. Menyatakan tentang kerajaan di Negara Ajam, seperti kutipan berikut “Hatta beberapa lama ditinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok”. 4. Anonim tidak diketahui siapa yang menceritakan hikayat ini Alur yang di gunakan adalah alur maju, seperti ringkasan hikayat ini Terdapat suami istri yang memiliki anak laki-laki. Setelah berumur lima tahun diserahkan oleh bapaknya kepada guru untuk mengaji hingga berumur lima belas tahun. Khojan Maimun dinikahkan dengan anak saudagar bernama Bibi Zainab. Ia membeli Burung Bayan dan Tiung Betina. Sang suami ingin berniaga di laut, ia meminta izin kepada istrinya dan berpesan mufakatlah dengan kedua burung tersebut. Tak lama setelah pergi ada anak Raja melihat Bibi Zainab dengan elok parasnya. Kemudian mereka berkencan lewat perempuan tua. Bibi Zainab mendapatkan Bayan berpura-pura tidur. Adapun aku hamba tuan ini adalah tempat seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya, lalu burung Bayan itu memberikan nasehat pada Zainab dan bercerita 24 kisah dan 24 malam. Burung Bayan tidak melarang malah dia menyuruh Bibi Zainab meneruskan rencananya. Bayan yang begitu bijak tidak hanya menyelamatkan Bibi Zainab tapi juga menyelamatkan nama baik tuannya serta menyelamatkan rumah tangga tuannya. Sekian rangkuman saya tentang klasifikasi hikayat dan identifikasi klasifikasi hikayat dalam teks “Hikayat Bayan Budiman” semoga bermanfaat untuk kalian dan terimakasih atas perhatiannya.😀😁😃 Hikayat Bayan Budiman – Bismillaahirrahmanirrahiim. Wabihinasta’inu billahita’ala. Ini hikayat daripada sahibul hikayat yang dahulu-dahulu, daripada bahasa Parsi; maka dipindahkan kepada bahasa Jawi. Sebermula ada saudagar di negara Ajam, Khojan Mubarok namanya, terlalu amat kaya, akan tetapi ia tiada beranak. Maka Khojah Mubarak pun minta do’a, katanya, “Ya Tuhanku! Jikalau kiranya aku beroleh anak, aku memberi sedekah makan segala fakir miskin dan darwis.” Hatta beberapa lamanya ia bernazar itu, maka dengan takdir Allah hendak melimpahkan rahmat di atas hamba-Nya, maka saudagar Khojah Mubarak pun beranaklah istrinya seorang laki-laki terlalu baik rupanya. Maka Khojah mubarak pun terlalu sukacita hatinya. Maka dinamakannya anaknya itu Khojah Maimun dan dipeliharakannya dengan sepertinya. Setelah datanglah umurnya Khojah Maimum lima tahun, maka terlalulah baik pekertinya serta bijaksananya. Maka diserahkannya oleh bapaknya Khojah Maimun mengaji kepada mu’alim Sabian. Hatta beberapa lamanya, maka Khojah Maimun itu pun tahulah mengaji dan terlalu fasih lidahnya serta banyak ilmu yang diketahuinya. Maka datanglah umur Khojah Maimun lima belas tahun, maka dipinanglah oleh Khojah Mubarak anak seorang saudagar, amatlah kayanya, dalam negeri Ajam itu juga, dan anaknya itu amatlah elok parasnya, namanya Bibi Zainab. Maka Khojah Maimun itu pun dinikahkan dengan anank saudagar itu. Maka duduklah Khojah Maimun berkasih-kasihan dengan istrinya Bibi Zainab itu. Hatta beberapa lamanya Khojah Maimun beristri itu, kepada suatu hari ia pergi bermain-main ke pekan, maka bertemu dengan seorang laki-laki membawa burung bayan jantan seekor. Maka kata Khojah Maimun, “Hai laki-laki. Engkau jualkah burung itu?” Maka sahut laki-laki itu, “Jikalau sampai harganya, hamba jual juga.” Baca Juga Pengertian Hikayat +Karakteristik dan Kebahasaan yang Digunakan Maka kata Khojah Maimun, “Berapa harga-harga nya?” Maka kata laki-laki itu, “Seribu dinar bayan hamba ini harganya.” Maka tersenyumlah Khojan Maimun, lalu ia bertanya, “Adakah orang mau membeli burung yang segenggam ini seribu dinar? Layaknya unggas ini makanan kucing juga.” Setelah bayan itu mendengar kata Khojah Maimun, maka katanya,“Hai Khojah Maimun! Sungguhlah hamba ini sekepal, tetapi hati hamba di mana tuan hamba tahu? Akan sekalian alam ini di bawah tilik hamba dan hamba ini bukannya seperti unggas yang lain; tetapi bukan hamba ini daripada unggas surga dan bukan daripada bangsa malaikat, dan bukan hamba ini daripada jin, tetapi hamba Allah ta’ala, senantiasa memuji-muji Alla azza wajalla; dan akan hati hamba ini, yang akan datang sepuluh hari, sudah hamba ketahui sebarang halnya. Adapun akan sekarang ini tiga hari lagi datanglah kafilah dari negeri Babal hendak membeli dagangan yang bernama sanbal-sanbal. Jikalau Tuan hamba mau membeli hamba, bertangguhlah dahulu kepada orang yang menjual hamba ini, dan Tuan Hamba kampungkanlah sanbal dalam negeri ini; apabila datang kafilah-kafilah itu, tuan hamba juallah, insya Allah daripada laba sanbal itulah tuan hamba belikan hamba.” Setelah Khojah Maimun mendengar kata bayan ini, terlalulah sangat sukacitanya, seraya berkata kepada laki-laki itu, “Tuan hamba berikanlah hamba burung ini; dari hal harganya hamba minta bertangguhlah dahulu.” Maka kata orang itu, “Ambillah oleh tuan hamba.” Maka Khojah Maimun mengambil bayan itu, dibawanya kembali kerumahnya, serta diperbuatkannya sangkaran terlalu indah-indah. Setelah sudah, maka Khojah Maimun pun menghimpunkan dagangan yang bernama sanbal itu, mana-mana yang ada di dalam negeri Ajam itu habis dibelinya. Hatta datang ketiga harinya, maka datanglah kafilah dari negeri Babal hendak membeli dagangan sanbal beberapa kafilah, tiada dapat kepada tempat lain, hanyalah kepada Khojah Maimun juga. Maka terlalulah sangat sukacita hati Khojah Maimun beroleh laba ganda berganda itu; maka dibayarnyalah harga bayan itu. Hatta beberapa lamanya di antara itu, kepada suatu hari Khojah Maimum berjalan di pekan; maka ia bertemu pula orang berjual burung tiung betina seekor. Maka dibelinya oleh Khojah Maimun, lalu dibawanya pulang ke rumahnya, ditaruhkannya hampir sangkaran bayan itu juga. Alkisah maka diceritakan oleh orang yang empunya cerita ini, adapun Khojah Maimun selama ia beroleh dua ekor unggas itu, maka sehari-hari tiada khali emas datang bertimbun-timbun seperti bukit. Maka akan Khojag Maimun itu, sehari-hari ia mendengarkan hikayat daripada kedua ekor burung itu, berbagai-bagai yang ajaib-ajaib dihikayatkannya. Sekali peristiwa, pada suatu hari Khojah Maimun itu duduk berkata-kata dengan dua ekor unggas itu akan peri hal ihwal manfaat perniagaan di laut. Maka Khojah Maimun pun berahilah rasa hatinya; pada ketika itu juga ia hendak pergi berlayar Maka ia pun pergilah mendapatkan istrinya, seraya katanya, “Hai kekasihku!” Ketahuilah olehmu, bukankah manusia itu selama-lamanya tiada dapat tiada akan berpindah juga dan tiada kekal kepada sesuatu masa?” Karena segala hartanya yang dihimpunkannya itu, semuanya, jika tiada dicari tambahannya, niscaya berkuranglah juga adanya. Bermula segala orang yang tiada berdirham tiada manfaat hajatnya, karena dirham itu menanggung sukaan pekerjaannya. Sekarang hamba dengar perniagaan laut itu terlalu besar labanya daripada perniagaan di darat. Berilah izin akan daku olehmu, supaya aku pergi berlayar.” Maka sahut istrinya, “Benar semata seperti kata tuan hamba itu, tetapi sungguhpun perniagaan di laut itu besar labanya, bahayanya pun amat besar. Tiada seharusnya tuan hamba pergi. Karena harta dunia ini, nyawa yang mulia terserling ke dalamnya. Karena dirham itu kongkong segala yang bebal; adalah ia seumpama air yang manis, makin diminum bertambahlah dahaga olehnya; syahdan warnanya pun kuning, seperti muka orang durjana. Tetapi jikalau tuan hamba hendak berlayar, sayogianya hamba dibawa oleh tuan hamba, karena kami perempuan ini seperti umpama kaus, jika tinggal kaus itu, niscaya binasalah kaki.” Baca Juga Hikayat Si Miskin Maka kata Khojah Maimun, “Hai nyawaku dan buah hatiku dan cahaya mataku! Amat benarlah kata tuan hamba itu; tetapi akan hal kita manusia hidup di dalam dunia ini, jikalau tiada emas itu kiranya dapat menghasilkan segala kehendak yang dimaksudkan; harta itu tiada, kita cari juga. Adalah hamba dengan tuan hamba, seperti hamparan dengan pintu, binasa hamparan itu pintu binasalah pula, dan rumahnya pun tiadalah kebajikan lagi. Adapaun akan hamba pergi ini, hati hamba ke belakanglah, melainkan diperbanyak-banyak do’a tuan hamba kepada Allah subhanahu wa ta’ala; dan tuan hamba pun telah hamba serahkanlah kepada Tuhan seru sekalian alam. Tetapi amanat hamba jikalau ada barang suatu pekerjaan hendaklah tuan hamba mufakat dengan dua ekor unggas itu, hubaya-hubaya jangan tiada, hai nyawaku, karena fitnah dunia ini amat besar lagi terlalu tajam daripada senjata.” Setelah sudah Khojah Maimun berpesan itu, maka ia pun bermohonlah kepada istrinya, lalu dipeluk diciumnya akan istrinya itu, air matanya bercucuran habis basah kain bajunya. Maka lalulah diserahkan istrinya kepada dua ekor unggas itu, seekor bernama Bayan Budiman dan seekor bernama Tiung Rencana. Setelah sudah, maka Khojan Maimun pun pergilah berlayar. Hatta beberapa lamanya sepeninggal Khojah Maimun itu berlayar, maka dengan takdir Allah subhanahu wa ta’ala atas hambanya, maka pada suatu hari istri Khojah Maimun, yaitu Bibi Zainab, ia pun berceritalah akan suaminya yang pergi, karena beberapa lamanya tiada datang daripada berlayar itu. Maka ia pun naiklah duduk pada tingkap mahligai itu berangin-angin seraya memandang ke jalan raya. Syahdan kepada ketika itu, maka anak raja di dalam negeri Ajam itu pun lalulah berkuda, dihampirinya sisi mahligai itu. Maka anak raja itu pun sedang memandang ke atas mahligai itu. Maka sama bertemu mata sama mata, terpandanglah muka sama muka. Demi dilihat anak raja itu rupa Sitti Zainab itu terlalu elok lagi baik parasnya, maka anak raja itu pun tersenyum. Maka Sitti Zainab pun tersenyum pula. Maka dengan takdir Allah ta’ala anak raja itu berahilah di dalam hatinya akan istri Khojah Maimun itu, dan akan Sitti Zainab pun tersangkutlah pada hatinya rupa anak raja itu. Setelah itu, maka anak raja itu pun menyimpanglah ke rumah seorang perempuan tua. Setelah sampai, maka kata anak raja itu, “Hai ibuku! pergi apalah ibuku, kusuruhkan, kepada istri Khojah Maimun itu; katakan padanya aku berkehendak dia dengan sesungguhnya, tiada boleh tidak; bagaimana juga daya upaya ibukulah akan meluluskan maksudku itu.” Setelah didengar oleh orang tua itu demikian kata anak raja itu, maka orang tua itu pun dengan segeralah ia pergi mendapatkan istri Khojah Maimun itu. Setelah ia sampai kepada Bibi Zainab, maka dikhabarkannya segala pesan perkataan anak raja itu, semuanya habis disampaikan orang tua itu serta lagi dengan beberapa pantung seloka madah dan syair akan memberi gairat dan berahinya, dengan pujuk yang lemah-lembut, serta dengan manis mukanya meletakkan segala perkataan itu yang memberi asyik berahi hati Bibi Zainab itu. Setelah didengar oleh Bibi Zainab akan segala perkataan orang tua itu, maka hatinya pun terikatlah akan anak raja itu dan api yang bernama asyik itu pun bernyalalah di dalam dadanya, Maka Sitti Zainab pun berkehendaklah akan anak raja itu, seraya berkata, “Hai ibuku! Pergilah katakan kepada anak raja itu, bahwa sekarang lagi siang hari, kalau-kalau dilihat orang banyak! Maka malam sekaranglah hamba pergi menghadap anak raja itu, tetapi jangan ibuku katakan kepada seorang jua pun rahasia ini.” Setelah orang tua itu mendengar kata istri Khojah Maimun demikian itu, maka ia pun segeralah kembali menghadap anak raja itu dengan sukacitanya. Sebermula maka tersebutlah perkataan istri Khojah Maimun itu. Setelah hari malam, maka ia pun memakailah pakaian yang amat indah-indah serta bau-bauan yang amat harum baunya, akan ia hendak pergi mendapatkan anak raja itu. Setelah sudah, lalu ia pun turunlah keluar hendak berjalan. Maka ia pun teringatlah akan pesan suaminya itu, lalu ia pergi kepada burung tiung itu seraya kayata, “Hai Tiung! Beri apalah kira bicaramu, bahwa aku sangat berahi akan anak raja itu; karena itulah aku hendak mendapatkan dia pada malam ini.” Maka diceritakanlahnyalah perihal berahinya itu. Setelah didengar oleh tiung kata Bibi Zainab itu, maka ia pun menampar-nampar dadanya dengan sayapnya, seraya katanya, “Ya tuan, yang kasih molek, Sitti yang baik rupa! Pekerjaan apakah yang tuan hamba kerjakan ini? Tiadakah tuan takut akan Allah subhanahu wa ta’ala dan tiadakah malu akan Nabi Muhammad, maka tuan hendak mengerjakan maksiat, lagi dijarangkan Allah ta’ala dan ditegahkan Rasulullah sallallahu alaihi wassalam? Istimewa pula sangat kejahatan, dan tiada wajib atas segala perempuan membuat pekerjaan yang demikian itu. Tiadakah tuan mendengar di dalam Quran dan kitab Hadis Nabi, maka barang siapa perempuan yang menduakan suaminya, bahwa sungguhnya disulakan oleh malaekat di dalam neraka jahanam seribu tahun lamanya? Sebagai lagi pula, tiadakah tuan malu akan segala makhluk di dalam dunia ini, karena tuan istri saudagar? Sabar apalah tuan dahulu, karena hampirlah suami tuan datang, insya Allah bangat juga; jikalau diketahuinya tiadakah tuan takut mati dibunuhnya? Alangkah aibnya nama tuan disebut segala isi alam dunia ini!” Baca Juga Kalimat Simpleks dan Kompleks Setelah sudah istri Khojah Maimun mendengar kata tiung maka ia pun terlalulah marah, katanya,”Kerma bagimu! Tiada engkau tahu akan hal hati orang berahi? Kusangkakan engkau ada menaruh timbang rasa, karena sama perempuan.” Maka disentakkannya tiung itu dari dalam sangkarnya, lalu diempaskannya ke bumi. Maka tiung itu pun matilah. Setelah dilihat oleh bayan kelakuan Bibi Zainab membunuh tiung itu tiada dengan semena-menanya, maka ia pun mendiamkan dirinya, pura-pura tidur. Maka Bibi Zainab pergilah mendapatkan bayan serta dibangunkannya. Maka bayan pun pura-pura terkejut, seraya katanya, “Apakah pekerjaan tuan datang kemari dalam malam kelam ini? Tiadakah tuan takut membangunkan hamba tuan sedang lelap tidur ini? Apakah maksud tuan yang besar, maka datang ini? Dan hendak ke mana gerangan tuan ini?” Maka oleh istri Khojah Maimun segala perinya berahi akan anak raja itu dikatakannya, ujarnya. “Aku hendak pergi mendapatkan anak raja itu, karena sangatlah asyik berahinya hatiku akan dia. Betapakah bicaramu, hai bayan yang bijaksana?” Setelah didengar bayan kata istri Khojah Maimun demikian itu, maka ia pun berpikir seketika di dalam hatinya, “Jikalau tiada kuturutkan kehendak perempuan celakan ini, kalau-kalau aku pun diperbuatnya seperti tiung itu! Jikalau demikian, baiklah kuperlalaikan dan kusukakan hatinya dengan barang daya upayaku.” Setelah sudah ia berpikir demikian itu, maka ujarnya, “Ayuhai Sitti yang baik paras! Jikalau demikian itu, baiklah tuan pergi dengan segeranya mendapatkan anak raja itu yang tuan puan sudah berjanji dengan dia, supaya dia jangan tuan mungkir kata kepada anak raja itu. Dan tuan terlalu sekali bebal oleh bertanya kepada tiung itu, sebab karena ia pun betina; walapun sebagaimana sekalipun, adalah juga ia menaruh dengki akan tuan; jikalau sudah terlanjur niscaya binasalah tuan, maka ialah kelak akan memberi tahu kepada suami tuan. Adapun hamba ini haraplah tuan, jikalau jahat sekalipun pekerjaan tuan, insya Allah di atas kepala hambalah menanggungnya; jika datang suami tuan pun, tiada mengapa, daripada hamba ini pun hendak berbuat bakti kepada tuan dan berbuat muka kepada suami tuan itu. Baiklah tuan segera pergi, kalau-kalau lamalah anak raja itu menantikan tuan, karena ia hendak bertemu dengan tuan. Apakah dicari oleh segala manusia di dalam dunia ini, melainkan martabat, kebesaran, dan kekayaan? Adakah yang lebih daripada martabat anak raja? Tetapi dengan ikhtiar juga maka sempurnalah adanya. Adapun akan hamba, tuan ini adalah seperti hikayat seekor unggas bayan yang dicabut bulunya oleh tuannya seorang istri saudagar, demikianlah adanya.” Maka sahut Bibi Zainab, “Hai bayan! Bagaimana ceritanya hikayat bayan yang dicabut oleh istri saudagar itu?” Maka kata bayan itu, “Mengapakah maka tuan hamba hendak mendengar cerita bayan itu? Tiadakah lama kelak anak raja itu menantikan tuan? Baiklah tuan segera pergi dahulu. Insya Allah esok harilah hamba ceritakan.” Maka kata Bibi Zainab itu, “Hai bayan jikalau ada kasih akan daku, berceritalah engkau dahulu sekarang, supaya aku pergi.” Maka di dalam hati bayan itu, “Jikalau demikian, insya Allah ta’ala dapatlah aku perlalaikan perempuan ini.” Baca Juga Buku Bayan Budiman

identifikasi karakteristik hikayat bayan budiman